Ramai Soal Taper Tantrum, Apa si Maksudnya?

Posted: 17 Sep 2021from: EditorLast updated : 17 Sep 2021

Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah mengingatkan tentang dampak dari taper tantrum yang bisa dialami oleh negeri ini, seperti keluarnya dana asing ke negara asal atau yang sering disebut sebagai capital outflow. Lantas apa si yang dinamakan taper tantrum?

 

Jadi begini, taper tantrum terdiri dari 2 suku kata, taper yang diambil dari kata tapering alias pengurangan, dalam hal ini jika dikaitkan dengan rencana Bank Sentral untuk melakukan tapering off  adalah aktivitas mengurangi pembelian surat utang.

 

Sedangkan tantrum sendiri adalah ledakan emosi yang biasanya dialami oleh anak-anak atau orang tertentu. Letupan emosnya bisa berupa menangis histeris, menjerit atau bahkan marah sebagai upaya untuk menangani emosinya sendiri.

 

Jadi taper tantrum dalam konteks ekonomi adalah gejolak ekonomi yang muncul akibat kebijakan tapering. Biasanya hal itu membuat investor panik dan memilih untuk mengalokasikan dananya ke instrumen investasi yang lebih aman.


Imbasnya, imbal hasil Treasury di Amerika Serikat melonjak. Istilah taper tantrum sendiri pertama kali digunakan pada tahun 2013, kala The Fed melakukan quantitative easing (QE) dan pasar meresponnya dengan berbondong-bondong memborong treasury AS hingga akhirnya membuat lonjakan imbal hasil.


(Baca juga: Mengenal Reksadana dan Mana yang Paling Cocok Untuk Kaum Newbie)

 

Apa itu tapering off

 

Jadi taper tantrum lebih ke pada dampak ekonomi yang timbul akibat tapering off yang dilakukan oleh The Federal Reserve alias Bank Sentral Amerika Serikat. Tapering off merupakan kebijakan pengurangan pembelian obligasi pemerintah dengan maksud mengendalikan memulihkan ekonomi.

 

Setiap bulannya The Fed membeli obligasi senilai USD120 miliar per bulan, Nah jika tapering off benar dilakukan di akhir tahun inm maka The Fed akan mengurangi pembelian obligasinya sebesar USD15 miliar.

 

Lantas apa hubungannya dengan Indonesia? Begini, ketika The Fed sudah melakukan tapering off, itu bisa diartikan sebuah sinyal bahwa kebijakan lanjutan untuk menaikan suku bunga acuan di AS siap dilakukan.

 

Jika itu terjadi, maka dana dari AS yang selama ini tersebar di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia berpotensi kembali ke negara asal. Karena artinya, biaya dana yang harus dibayarkan para pemilik dana menjadi lebih besar

 

Nah untuk mengantisipasinya, Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan menaikkan suku bunga, namun hal itu juga akan membuat pelaku usaha menjadi menjerit.

 

DI tengah pandemi seperti sekarang, pemerintah terus berupaya menjaga suku bunga acuan di level yang rendah, dengan maksud menggairahkan sektor usaha. Itu mengapa, pemerintah sudah menyiapkan beberapa langkah untuk bisa mengantisipasi dampak dari tapering off yang akan dilakuan.

 

Dampak ke Indonesia dirasa minim

 

Beberapa indikator makro ekonomi tanah air memperlihatkan bahwa negeri ini bisa meminimalisir dampak dari tapering off The Fed.

 

Salah satunya terlihat dari angka inflasi yang masih terjaga di level 2% hingga 3%. Berbeda dengan kondisi di 2013 lalu dimana angka inflasi berada di kisaran 8%.

 

Selain itu, porsi kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) sudah semakin kecil, saat ini berada di kisaran 23%. Oh ya, keluarnya dana asing juga bisa merontokkan nilai tukar rupiah.

 

Nah kalau itu kaitannya ke nilai cadangan devisa kita. Buat informasi saja, sampai dengan Agustus kemarin, cadangan devisa Indonesia berada di kisaran USD144,8 miliar dan merupakan cadangan devisa tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

 

Sehingga pun terjadi capital outflow, risiko pelemahan nilai tukar rupiah masih bisa diantisipasi. The Fed sendiri diproyeksi baru akan menaikkan suku bunganya di tahu 2022 atau 2023 mendatang, sehingga jika negeri ini bisa pulih lebih cepat dari pandemi, maka efek rambatan dari tapering off The Fed bisa lebih diminimalisir.


(Baca juga: Dokter Asal Indonesia Masuk Sebagai 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia)

 

Nikmati kemudahan akses pendanaan di Finpedia


Kamu yang saat ini membutuhkan dana cepat untuk ragam kebutuhan, bisa mengakses Finpedia.id. Katalog finansial itu menyediakan ragam produk keuangan dari lembaga perbankan, pembiayaan maupun peer to peer lending.

 

Mulai dari kartu kredit, kredit tanpa agunan, pinjaman modal usaha, pinjaman instan, pinjaman dana darurat, pinjaman dengan agunan sampai program cicilan biaya pendidikan bisa didapatkan dengan mudah di Finpedia.id.

 

Disana kamu bisa melihat informasi mulai dari suku bunga yang diberikan, jangka waktu, syarat yang dibutuhkan sampai pengajuan bisa dilakukan di Finpedia. Kamu bisa langsung mengajukan layanan keuangan dengan bunga kredit tanpa agunan terendah di Finpedia.

 

Dengan begitu, kamu tidak perlu repot untuk mengumpulkan informasi dari produk keuangan yang dibutuhkan dari ragam lembaga keuangan. Akses sekarang dan penuhi kebutuhan darurat kamu segera!