Paramount Beri Harga Lebih Mahal Untuk Beli Warner Bros Dibanding Netflix

Posted: 10 De00 2025from: EditorLast updated : 10 De32 2025

Industri hiburan global kembali berguncang setelah Paramount mengumumkan manuver besar yang berpotensi mengubah peta kekuatan studio Hollywood. Dalam konferensi pers pada hari Senin, perusahaan menyampaikan rencana agresif untuk kembali memperkuat lini film layar lebar dengan target merilis lebih dari 30 film bioskop setiap tahun. Langkah ambisius ini menjadi bagian dari strategi besar mereka untuk mengakuisisi Warner Bros. Discovery melalui tawaran bernilai fantastis.



Gerakan Paramount muncul tak lama setelah kabar bahwa Netflix telah mencapai perjanjian awal untuk membeli Warner Bros. dan HBO dengan nilai $82,7 miliar (sekitar Rp1.323 triliun, kurs $1 = Rp16.000). Kabar tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri, mengingat Netflix selama ini dikenal sangat condong pada distribusi digital. Co-CEO Netflix, Ted Sarandos, berkali-kali menilai bahwa eksklusivitas penayangan bioskop bukan lagi prioritas, dan rilis teater yang mereka lakukan pun biasanya hanya untuk memenuhi syarat penghargaan.



Dalam konferensi pekan sebelumnya, Sarandos mengatakan bahwa jendela penayangan bioskop kemungkinan akan semakin pendek demi kenyamanan pelanggan streaming. Meski begitu, ia memastikan bahwa komitmen teater Warner Bros tidak akan langsung berubah jika proses akuisisi rampung.



Baca Juga : Netflix Resmi Akuisisi Warner Bros: Era Baru Dunia Streaming Dimulai



Sebaliknya, Paramount mengambil sikap yang jauh berbeda. Melalui Paramount Skydance, mereka mengajukan tender offer sebesar $30 per saham (setara Rp480.000 per saham) untuk mengambil alih seluruh saham Warner Bros. Discovery yang beredar. Tidak seperti pendekatan Netflix yang hanya mengincar sebagian aset, Paramount ingin membeli seluruh ekosistem WBD, termasuk jaringan TV seperti CNN, TBS, dan TNT. Tawaran ini menempatkan valuasi Warner Bros. Discovery di angka $108,4 miliar (kurang lebih Rp1.734 triliun)—jauh melampaui proposal Netflix.



David Ellison, CEO Paramount, menegaskan bahwa langkah ini bukan semata ekspansi bisnis, melainkan komitmen mempertahankan budaya menonton di bioskop. Ia menyebut film sebagai salah satu ekspor budaya terbesar Amerika, sehingga industri layar lebar harus tetap dijaga keberlanjutannya. Menurutnya, akuisisi ini akan membuka lebih banyak kesempatan bagi sineas, memperluas pilihan konsumen, dan memberi nilai tambah bagi para pemegang saham.



Sejak Skydance resmi mengakuisisi Paramount pada musim panas lalu, perusahaan menunjukkan tekad kuat untuk menghidupkan kembali produksi film bioskop. Dari hanya delapan rilis per tahun, mereka menargetkan 15 film pada 2026, naik menjadi 17 pada 2027, dan mencapai 18 film pada 2028. Jika disatukan dengan portofolio Warner Bros yang konsisten meluncurkan 12–14 film tahunan, target Paramount untuk menghadirkan lebih dari 30 rilis bioskop per tahun menjadi sangat realistis.



Warner Bros sendiri sedang berada di momentum terbaiknya. Tahun ini mereka meraih pangsa pasar terbesar berkat deretan film sukses seperti Weapons, Sinners, dan Superman. Performa kuat ini membuat Warner Bros menjadi aset strategis bagi Paramount, baik dari sisi produksi maupun distribusi.



Baca Juga : Akhir Tahun Tanpa Bocor Halus: Begini Cara Hindari Toxic Money Habit



Pertarungan antara Paramount dan Netflix kini bukan hanya tentang siapa yang berhasil membeli studio legendaris. Ini adalah benturan dua visi besar: Paramount yang percaya pada kebangkitan layar lebar, dan Netflix yang terus mendorong masa depan serba streaming. Semua mata kini tertuju pada dewan Warner Bros. Discovery—keputusan mereka akan menentukan arah masa depan industri film global.