Saham Bukalapak (BUKA) Jadi Buruan. Simak Tips Investasi Saham untuk Pemula

Posted: 9 Aug 2021from: EditorLast updated : 16 Aug 2021

Saham Bukalapak tampaknya masih menjadi buruan oleh banyak orang, khususnya investor domestik. Di saat investor asing melegonya dan hanya mencari profit taking di akhir pekan lalu, investor lokal justru terus berburu saat IPO Bukalapak dilakukan.

 

Ya, setelah menjadi salah satu saham top gainer saat awal perdagangan, saham Bukalapak justru banyak dilego oleh asing di akhir perdagangan. Namun karena besarnya animo dari investor domestik, sampai dengan perdagangan hari ini (9/8) saham Bukalapak kembali mencapai Auto Reject Atas (ARA).

 

Saham-saham sektor teknologi di Indonesia memang sedang hype. Sebelumnya, saham yang dimiliki oleh Salim Grup, PT DCI Indonesia Tbk sukses mencatatkan rekor dengan mencatatkan pertumbuhan hingga belasan ribu persen.

 

Hanya dalam kurun waktu 6 bulan, harga saham DCI Indonesia terus mendaki, dari Rp525 per saham di Januari menjadi Rp59 ribu per saham. Saham teknologi lainnya adalah saham-saham bank digital, seperti Bank Jago, Bank Neo Commerce dan beberapa bank lainnya yang juga masih menjadi buruan investor.

 

Hanya saja, kamu juga harus paham. Bahwa yang namanya pasar tidak bisa diprediksi, ada banyak hal yang memengaruhi pergerakan saham perusahaan. Mulai dari sentimen pasar, fundamental perusahaan alias kinerja perusahaan itu sendiri, kondisi ekonomi baik lokal maupun global, faktor keamanan, kebijakan pemerintah dan juga kondisi geopolitik.

 

Ditambah, yang namanya investasi selalu melekat faktor risiko. Jadi bukan cuma cuan melulu yang di bicarakan, perihal mitigasi risikonya juga perlu kamu pahami, supaya tidak jatuh terlalu dalam. Nah berikut merupakan tips investasi saham untuk kamu investor mula.

 

(Baca juga: Jadi yang Termahal, Apa Keuntungan dari Olimpiade Jepang?)

 

1. Hindari FOMO


FOMO alias fear of missing out (FOMO) kerap melanda psikologi investor mula. Ketika melihat salah satu saham bergerak naik kencang, seaakan tidak ingin melewatkan momentum, langsung pasang posisi beli di harga tinggi.

 

Namun ternyata pergerakan harga sahamnya hanya bersifat semu, saham yang seharusnya berpotensi menghasilkan cuan, malah membuat kamu berpotensi loss atau rugi.

 

Jadilah investor yang cerdas, sebelum membeli saham pilihan, pastikan kamu sudah mengenal rekam jejak perusahaan dan potensi bisnis ke depannya.

 

FOMO juga bisa disebabkan karena latah teman membeli saham A, maka kamu membeli saham A. Ingat, dana yang kamu investasikan adalah dana yang didapat dari kerja keras, jadi bijaklah dalam berinvestasi.

 

Pelajari bagaimana fundamental perusahaan, simak informasi terkini dari perusahaan dan cobalah melakukan riset harian tentang saham yang akan dibeli. Supaya kamu tidak salah langkah

 

2. Saham murah tidak selalu jelek

 

Investor kawakan, Lo Kheng Hong yang kerap disebut sebagai Warren Buffet Indonesia, merupakan investor saham yang piawai. Dia banyak membeli saham di harga yang murah jika dibandingkan dengan kinerja perusahaan itu sendiri.

 

Memang ada saham yang murah? Ada, salah satu cara yang bisa kamu gunakan untuk melihat valuasi saham yang akan dibeli, adalah dengan melihat PER-nya.

 

PER adalah price to earning ratio alias rasio saham dibandingkan keuntungan perusahaan. Rumus menghitungnya dengan membagi harga saham dengan laba per saham atau earning per share (EPS).

 

Semakin tinggi PER dari perusahaan, maka semakin mahal harganya dan membuat pengembalian modal lebih lama. Oleh karena itu, kamu bisa melihat PER perusahaan yang lebih rendah dibanding lainnya.

 

3. Tentukan tujuan keuangan


Tetapi sebelum melakukan investasi saham, kamu harus menentukan tujuan investasi kamu dulu. Jika kamu menginginkan pengembalian yang stabil, kamu bisa membeli saham blue chips.

 

Saham blue chips adalah saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar yang memiliki fundamental baik. Tetapi bukan berarti itu tidak berisiko ya, kamu harus bersabar, karena investasi saham sebenarnya adalah untuk jangka panjang.

 

4. Dollar Cost Averaging


Kamu juga bisa melakukan strategi dollar cost averaging (DCA). Strategi ini mirip dengan menabung, Caranya adalah dengan membagi jumlah investasi kamu ke dalam beberapa waktu. Misalnya, kamu memilki dana investasi sekitar Rp5 juta setiap bulan, kamu bisa membaginya selama 4 minggu.

 

Tentukan saham mana yang akan dibeli dan lakukan pembelian rutin setiap minggunya. Mekanisme ini mampu membagi tingkat risiko menjadi lebih rendah, selain itu kamu juga jadi tidak terpengaruh akan sentimen pasar. Sehingga aksi panic selling juga bisa dihindari.

 

(Baca juga: Belum Vaksin? Cari Lokasi dan Daftar Vaksin di Pedulilindungi)

 

Nikmati kemudahan akses pendanaan di Finpedia


Kamu yang saat ini membutuhkan dana cepat untuk ragam kebutuhan, bisa mengakses Finpedia.id. Katalog finansial itu menyediakan ragam produk keuangan dari lembaga perbankan, pembiayaan maupun peer to peer lending.

 

Mulai dari kartu kredit, kredit tanpa agunan, pinjaman modal usaha, pinjaman instan, pinjaman dana darurat, pinjaman dengan agunan sampai program cicilan biaya pendidikan bisa didapatkan dengan mudah di Finpedia.id.

 

Disana kamu bisa melihat informasi mulai dari suku bunga yang diberikan, jangka waktu, syarat yang dibutuhkan sampai pengajuan bisa dilakukan di Finpedia. Seperti layanan keuangan dari Easy Cash yang memberikan pinjaman tanpa agunan mulai dari Rp200 ribu sampai Rp10 juta. Bunganya super murah 0,065%!

 

Dengan begitu, kamu tidak perlu repot untuk mengumpulkan informasi dari produk keuangan yang dibutuhkan dari ragam lembaga keuangan. Ingat, jangan gunakan dana pinjaman untuk investasi ya, kalau untuk modal usaha, silahkan. Akses sekarang dan penuhi kebutuhan darurat kamu segera.