Mengenal apa itu Stagflasi, yeng Menghantui China dan Amerika

Keuangan global saat ini sedang dilanda kekhawatiran terkait potensi stagflasi yang bisa dialami oleh dua raksasa ekonomi dunia, China dan Amerika Serikat. Istilah stagflasi sendiri adalah kondisi kontradiktif dimana pertumbuhan ekonomi melemah namun di sisi lain angka inflasi meloncat tinggi.
Kondisi tersebut merupakan kondisi yang jarang sekali terjadi. Pasalnya untuk beberapa hal, inflasi juga bisa dianggap sebagai sinyal bahwa perekonomian bergerak, ekonomi tumbuh.
Namun tentu saja, pandangan itu bisa diterapkan jika angka inflasi bergerak stabil dan tetap dalam pengawasan regulator terkait. Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), stagflasi adalah keadaan inflasi yang sangat tinggi dan berkepanjangan ditandai dengan macetnya perekonomian.
Kondisi seperti ini diduga pernah terjadi pada tau 1970-an, dimana saat itu terjadi krisis minyak yang akhirnya membuat harga-harga barang meroket tajam, sementara di sisi lain pertumbuhan ekonomi malah amblas.
Potensi stagflasi di China
China saat ini tengah menghadapi risiko terjadinya stagflasi. Dari data ekonomi yang dirilis beberapa hari lalu, terlihat beberapa indikator yang mengarah ke kondisi stagflasi. Biro Statistik Nasional China merilis Indeks Harga Produsen (IHP) China pada Oktober lalu mencapai angka 13,5% yang juga merupakan rekor inflasi tertinggi dalam 26 tahun terakhir dari sisi produsen.
Sementara Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) yang mengukur angka inflasi ritel meningkat 1,5% secara tahunan.
Beberapa analis menyebutkan bahwa kenaikan Indeks Harga Produsen terjadi karena adanya kombinasi faktor global lantaran ketatnya pasokan energi dan juga bahan baku domestik utama.
Seperti diketahui, saat ini China tengah menghadapi krisis energi dan juga musim dingin. Hal itu membuat China harus mengimpor batu bara dari negara lain untuk bisa tetap menjalankan operasional dengan baik.
Alhasil harga batu bara dunia terus melonjak ke level yang lebih tinggi. Indonesia dan beberapa negara lain produsen batu bara, tentu saja mendapatkan sentimen positifnya yang bakal tergambar dalam neraca ekspor.
Disisi lain, pertumbuhan ekonomi China hanya mencapai 4,9% di triwulan III tahun ini. Merosot jauh jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di triwulan sebelumnya yang mencapai 7,9% secara tahunan.
Hal yang Sama juga Menghantui AS
Negara Paman Sam juga tengah menghadapi “hantu” yang sama, yakni stagflasi. Bulan lalu, angka inflasi di Amerika Serikat (AS) mencapai 6,2% dan menjadi angka inflasi tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
Departemen Tenaga Kerja di Amerika Serikat (AS) mencatat bahwa harga bahan bakar minyak pada Oktober lalu naik 12,3%, diikuti oleh harga makanan dan juga biaya tempat tinggal.
Di sisi lain, AS juga saat ini tengah dalam percepatan pemulihan ekonomi ditengah pandemi Covid-19. Hal itu membawa kekhawatiran bagi pelaku pasar untuk memandang kondisi perekonomian kedepannya.
Amerika Serikat dan juga China diketahui merupakan dua negara yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian banyak negara. Seperti China yang dikenal sebagai “pabrik” dunia, dimana ada banyak industri dari segala sektor yang menempatkan unit operasinya disana dan Amerika Serikat yang kebijakan ekonominya bisa memengaruhi kondisi pasar global. Namun beberapa analis optimistis, bahwa dampak stagflasi tidak akan terlalu berdampak terhadap kondisi perekonomian dalam negeri.
Nikmati kemudahan akses pendanaan di Finpedia
Kamu yang saat ini membutuhkan dana cepat untuk ragam kebutuhan, bisa mengakses Finpedia.id. Katalog finansial itu menyediakan ragam produk keuangan dari lembaga perbankan, pembiayaan maupun peer to peer lending.
Mulai dari kartu kredit, kredit tanpa agunan, pinjaman modal usaha, pinjaman instan, pinjaman dana darurat, pinjaman dengan agunan sampai program cicilan biaya pendidikan bisa didapatkan dengan mudah di Finpedia.id.
Disana kamu bisa melihat informasi mulai dari suku bunga yang diberikan, jangka waktu, syarat yang dibutuhkan sampai pengajuan bisa dilakukan di Finpedia. Seperti layanan keuangan dari Tunaiku yang memberikan pinjaman tanpa agunan mulai dari Rp2 juta sampai Rp20 juta.
Dengan begitu, kamu tidak perlu repot untuk mengumpulkan informasi dari produk keuangan yang dibutuhkan dari ragam lembaga keuangan. Akses sekarang dan penuhi kebutuhan darurat kamu segera!





Produk yang direkomendasikan

Indodana PayLater
Rp 200,000 - Rp 50,000,000
CICILAN RINGAN: Cicilan dengan bunga ringan dan terjangkau yang bisa dibayar tiap bulan
AMAN: Menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Big Data, menjamin agar semua proses pengajuan aman dan nyaman

Tap-to-Pay! Nikmati pembayaran instan tanpa kartu. Cukup tap HP di mesin EDC dan transaksi selesai!
Honest App! Kelola kartu kamu dengan mudah langsung dari aplikasi di smartphone Kamu!

Diskon 5% untuk tiket pesawat, dan 10% untuk Paket Tour
Limit hingga Rp50 Juta!

Gratis Akses Airport Lounge Dalam & Luar Negeri
Setiap pembelanjaan Rp 10.000 mendapatkan 50 MPC Point

Minimum Limit = Rp 10.000.000
Bonus MPC Points (20 MPC Points tiap belanja Rp10.000).