Howard D. Schultz: Dari Anak Sopir Truk hingga CEO Starbucks

Kalau kita mampir ke Starbucks hari ini, mungkin yang kita pikirkan cuma aroma kopi yang khas, desain tempat yang cozy, dan barista yang ramah. Tapi di balik semua itu, ada sosok luar biasa yang membangun Starbucks hingga menjadi salah satu jaringan kedai kopi terbesar — Howard D. Schultz.
Seorang anak sopir truk yang masa kecilnya penuh tantangan, tapi berhasil membalikkan nasib dan membawa Starbucks ke puncak kesuksesan dunia.
Masa Kecil yang Penuh Perjuangan
Howard Schultz lahir pada 19 Juli 1953 di Brooklyn, New York. Masa kecilnya dihabiskan di kompleks perumahan bersubsidi untuk keluarga berpenghasilan rendah. Kondisi keluarga Schultz makin berat ketika ayahnya mengalami kecelakaan kerja, dan mereka tidak punya asuransi kesehatan. Bayangkan, untuk biaya pengobatan saja keluarganya kesulitan.
Ayah Schultz sendiri adalah veteran perang yang tidak menamatkan sekolah menengah, sehingga pekerjaannya pun serabutan — mulai dari sopir truk, buruh pabrik, kurir, hingga sopir taksi.
Jalan Menuju Pendidikan Tinggi
Meski hidup dalam keterbatasan, Schultz punya bakat di bidang olahraga. Ia jago bermain basket dan sepak bola, sampai-sampai mendapat beasiswa dari Northern Michigan University. Di sana, ia berhasil meraih gelar Sarjana Komunikasi pada tahun 1975. Bagi Schultz, beasiswa ini adalah pintu keluar dari lingkaran kemiskinan yang membelit keluarganya.
Merintis Karier dari Nol
Schultz sudah bekerja sejak usia 12 tahun — jadi loper koran, penjaga toko, apa saja demi membantu keluarga. Setelah lulus kuliah, ia bekerja di sebuah pondok ski selama setahun, lalu pindah ke New York sebagai salesman di perusahaan Xerox.
Tak lama, ia direkrut oleh perusahaan peralatan dapur PAI Partners, dan menjadi General Manager di anak perusahaannya, Hammarplast, yang menjual mesin pembuat kopi. Dan inilah awal mula takdir membawanya bertemu Starbucks.
Pertemuan Pertama dengan Starbucks
Saat itu, Starbucks hanyalah sebuah toko kecil di Seattle yang menjual biji kopi. Didirikan oleh Jerry Baldwin dan Gordon Bowker, toko ini punya semangat besar dalam menyajikan kopi berkualitas. Schultz yang mengunjungi toko tersebut langsung melihat potensi besar yang dimilikinya.
Pada 1982, Schultz resmi bergabung dengan Starbucks sebagai direktur operasi dan marketing. Tak lama setelah itu, ia pergi ke Italia dan terpukau dengan budaya kedai kopi di sana — tempat orang-orang berkumpul, ngobrol, dan menikmati kopi. Schultz pun ingin membawa konsep ini ke Starbucks.
Sayangnya, idenya ditolak oleh para pendiri dengan alasan mereka sedang terjerat hutang dan tak punya modal. Schultz pun keluar dan mendirikan kedai kopi sendiri bernama Il Giornale.
Mengambil Alih dan Membesarkan Starbucks
Dua tahun kemudian, Schultz membeli Starbucks dan menggabungkannya dengan Il Giornale. Sejak saat itu, ia memimpin Starbucks menjadi jaringan kedai kopi terbesar di dunia dengan lebih dari 35 ribu gerai di seluruh dunia.
Bagi Schultz, membangun Starbucks bukan sekadar soal bisnis, tapi juga menciptakan perusahaan yang punya hati nurani. Ia pernah berkata:
“Saya ingin membangun perusahaan di mana ayah saya akan bangga bekerja di sana. Perusahaan yang menghormati saya, meskipun saya tidak mengenyam pendidikan.”
Dan nyatanya, ia berhasil mewujudkan itu.
Kalau kamu lagi nyeruput kopi di Starbucks, ingatlah bahwa di balik setiap cangkir ada cerita perjuangan, mimpi besar, dan keberanian untuk mengambil risiko.





Produk yang direkomendasikan

Indodana PayLater
Rp 200,000 - Rp 50,000,000
CICILAN RINGAN: Cicilan dengan bunga ringan dan terjangkau yang bisa dibayar tiap bulan
AMAN: Menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Big Data, menjamin agar semua proses pengajuan aman dan nyaman

Tap-to-Pay! Nikmati pembayaran instan tanpa kartu. Cukup tap HP di mesin EDC dan transaksi selesai!
Honest App! Kelola kartu kamu dengan mudah langsung dari aplikasi di smartphone Kamu!

Diskon 5% untuk tiket pesawat, dan 10% untuk Paket Tour
Limit hingga Rp50 Juta!

Gratis Akses Airport Lounge Dalam & Luar Negeri
Setiap pembelanjaan Rp 10.000 mendapatkan 50 MPC Point

Minimum Limit = Rp 10.000.000
Bonus MPC Points (20 MPC Points tiap belanja Rp10.000).