4 Musim yang ada dalam Pasar Saham, Udah Tahu?

Posted: 25 Okt 2021from: EditorLast updated : 25 Okt 2021

Buat kamu yang baru saja masuk dan mencicip manisnya investasi saham, sudah tahu belum bahwa terdapat 4 musim dalam pasar saham yang dipercaya memengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tapi tentu saja musim yang dimaksud disini bukanlah seperti musim buah-buahan atau musim penghujan ya, melainkan fase-fase dimana harga saham berada dalam tahapan tertentu.

 

Meskipun begitu, ini adalah pandangan dari pelaku pasar secara historis. Jadi belum tentu juga akan terjadi secara terus menerus, karena yang namanya investasi saham, tidak ada yang bisa dipastikan kapan dan bagaimana saham bergerak. Tetapi paling tidak, kamu bisa menjadikannya dasar dalam pengambilan keputusan.

 

Perlu diingat juga, beberapa faktor yang menjadi penggerak harga saham adalah fundamental perusahaan, kondisi geopolitik tanah air, kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi global dan beberapa faktor eksternal lainnya.

 

(Baca juga: Mengenal Mansa Musa, Orang Terkaya di Dunia Sepanjang Sejarah)

 

1. January Effect


Ada keyakinan bagi para pelaku pasar bahwa di bulan Januari harga saham bergerak lebih positif dan hal itu pula yang membuat munculnya istilah January Effect. Optimisme itu disandarkan pada rekam jejak para Manajer Investasi (MI) di Amerika Serikat (AS) yang pada awal tahun biasanya mulai berbelanja saham untuk dimasukkan ke portofolio investasi mereka.

 

MI adalah pengelola aset reksadana. Sekali melakukan pembelian saham tertentu, biasanya MI akan membelinya dalam jumlah besar, karena sejalan dengan total dana kelolaan di portofolio investasi yang dimiliki.

 

Asumsi ini pertama kali muncul pada tahun 1942 oleh investmen banker AS, Sidney Wachtel. Dia mengamati, bahwa pada bulan Januari harga saham di Bursa Amerika Serikat cenderung mengalami kenaikan.

 

Ada beberapa faktor yang mendasari, mulai dari bonus yang sudah diterima oleh para karyawan dan dialokasikan untuk investasi saham, faktor lainnya adalah bulan Januari merupakan bulan pertama dalam kalender dimana banyak orang atau lembaga keuangan mulai mengatur rencana keuangannya kembali.

 

Tetapi apakah itu benar terjadi, jika dilihat dalam 5 tahun kebelakang, IHSG pada akhir Januari 2015 silam berada di rentang 5.289 poin, lalu di periode yang sama tahun 2016 naik ke level 5.297 poin.

 

Kemudian turun tipis di akhir Januari 2017 ke level 5.294 poin dan terbang ke level 6.606 di akhir Januari 2018. Akhir Januari 2019 turun lagi ke level 6.533 poin dan kembali susut di akhir Januari 2020 ke level 5.940 poin.

 

Lalu di akhir Januari tahun ini, IHSG turun lagi ke level 5.862 poin dari periode yang sama tahun sebelumnya. Bagi yang memercayai fenomena ini, biasanya mereka mulai mengoleksi saham di awal bulan dan menjualnya di akhir bulan. Bagaimana dengan kamu?

 

2. Sell in May and Go Away

 

Ada istilah yang disebut sell in May and go away. Secara lengkap, istilah tersebut sebenarnya adalah Sell in may and go away until St Leger’s Day. Ya, setelah bulan May, biasanya banyak orang yang memilih berlibur dan menikmati masa musim panas.

 

Teori itu muncul di London, dimana para bangsawan dan juga bankir akan berlibur ke luar kota setelah bulan May. Lantas bagaimana dengan di Indonesia?

 

Banyak orang beranggapan bahwa 6 bulan antara Mei hingga Oktober adalah periode negatif pergerakan saham. Untuk kemudian kembali naik di bulan November sampai April.

 

Namun Direktur PT Panin Asset Management, Rudiyanto mengatakan, akurasi teori tersebut hanya 38% di pasar saham Indonesia. Dia justru mengatakan bahwa teori sampingan yang timbul, yakni Buy in November malahan lebih tepat ketika diuji keakuratannya.

 

3. Earning Season


Earning Season adalah musim dimana laporan keuangan perusahaan banyak dipublikasikan. Sebagai perusahaan publik, setiap perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), wajib memberikan laporan keuangan secara kuartalan alias per tiga bulan.

 

Nah biasanya saat periode-periode tersebut, jika memang kinerjanya baik, besar kemungkinan harga sahamnya juga bakal naik dan begitu pula sebaliknya. Periode itu adalah saat bulan April, Juli, Oktober dan juga Januari.

 

4. Window Dressing


Mengacu pada Investopedia, window dressing adalah strategi yang digunakan oleh para Manajer Investasi untuk memperindah portofolio sahamnya sebelum di presentasikan ke pemegang saham atau klien.

 

Musim ini biasanya dimulai di tiga bulan terakhir jelang tutup tahun hingga Desember. Pada periode ini biasanya harga saham akan bergerak ke teritori positif. Namun lagi-lagi, tidak ada yang pasti tentang investasi saham.

 

Teori-teori tersebut bisa jadi benar, bisa jadi salah. Tergantung bagaimana kamu menyikapinya. Terpenting adalah jangan berinvestasi atas dasar latah atau ikut-ikutan. Pelajari dengan baik bagaimna saham bergerak dan apa saja risiko yang harus kamu hadapi serta bagaimana mengelolanya.

 

(Baca juga: Apa Itu Self Reward dan Pentingnya Dalam Menjaga Ritme Kerja)

 

Nikmati kemudahan akses pendanaan di Finpedia


Kamu yang saat ini membutuhkan dana cepat untuk ragam kebutuhan, bisa mengakses Finpedia.id. Katalog finansial itu menyediakan ragam produk keuangan dari lembaga perbankan, pembiayaan maupun peer to peer lending.

 

Mulai dari kartu kredit, kredit tanpa agunan, pinjaman modal usaha, pinjaman instan, pinjaman dana darurat, pinjaman dengan agunan sampai program cicilan biaya pendidikan bisa didapatkan dengan mudah di Finpedia.id.

 

Disana kamu bisa melihat informasi mulai dari suku bunga yang diberikan, jangka waktu, syarat yang dibutuhkan sampai pengajuan bisa dilakukan di Finpedia.

 

Dengan begitu, kamu tidak perlu repot untuk mengumpulkan informasi dari produk keuangan yang dibutuhkan dari ragam lembaga keuangan, seperti AdaPundi yang menyediakan pinjaman untuk semua keperluan kamu mulai dari Rp400 ribu sampai Rp6 juta. Akses sekarang dan penuhi kebutuhan darurat kamu segera!