Usaha Ini Dulu Makmur, Sekarang Sudah Ditinggalkan Karena Digitalisasi

Posted: 6 Nov 2020from: EditorLast updated : 3 Jun 2021

Di tengah gempuran pandemi Covid-19, banyak sektor usaha yang terpaksa gulung tikar. Efek yang ditimbulkan dari adanya wabah ini memang tidak main-main, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah yang melarang adanya kerumunan dan juga menjaga jarak. Alhasil sektor usaha yang mengandalkan keramaian tidak bisa beroperasi normal, ujung-ujungnya ekonomi melambat, baik pelaku usaha maupun konsumennya.


Kebijakan tersebut mau tidak mau, suka tidak suka memang harus dijalankan. Karena sampai dengan saat ini baru PSBB-lah yang mampu mengontrol laju penyebaran virus covid-19. Saat pandemi berlangsung, ada banyak hal menarik yang dilakukan pelaku usaha.


Mulai dari hadirnya menu kue pukis di KFC, Pizza Hut yang memindahkan lapak dagangannya ke jalan, dapur hotel yang beroperasi untuk kemudian dijual di pinggir jalan, hingga terbaru Burger King dalam akun media sosialnya yang meminta masyarakat untuk memesan makanan tidak hanya di outlet Burger King, melainkan di McDonalds, Flip Burger, J.co, KFC, Pizza Hut sampai warteg (warung tegal).


Memang tidak ada pilihan lain bagi pelaku usaha untuk melakukan inovasi di tengah pandemi. Pilihannya hanya dua, berubah atau menyerah. Bentuk inovasi yang dijalankan bisa dalam hal menu atau bisa juga diejawantahkan ke dalam bentuk strategi pemasaran.


Usaha yang harus menyerah


Nah membincang usaha, kamu pasti ingat dulu ada banyak sekali sektor usaha yang menjadi primadona, bisa jadi kamu adalah salah satu pelanggannya. Namun karena perkembangan zaman dan teknologi, sektor usaha tersebut harus menyerah karena tidak bisa lagi bersaing dengan perangkat kekinian. Simak yuk.


1. Wartel


Warung telekomunikasi alias wartel dulunya adalah tempat favorit bagi banyak orang, khususnya anak muda yang sedang kasmaran. Perkembangan bisnis wartel dimulai pada tahun 80-an hingga tahun 2000.


Banyak orang yang memanfaatkan jasa wartel untuk menelepon kerabat, saudara, kekasih ataupun kolega kantor. Di wartel, kamu juga bisa mengirim atau menerima faksimile juga telegram. Derap bisnis wartel terlihat jelas pada malam hari, maklum saat malam tiba tarif telepon menjadi lebih murah.


Alhasil banyak orang yang memanfaatkannya untuk berbincang selama berjam-jam di sambungan kabel tersebut. Baru kemudian pada tahun 2000-an, bisnis wartel mulai tergantikan dengan munculnya bisnis pulsa isi ulang dan ponsel.


Sekarang, seiring dengan berkembangnya zaman, usaha wartel sudah sulit ditemui di daerah yang jauh dari kota sekalipun. Murahnya harga ponsel pintar dan layanan data internet menjadi salah satu alasan ditinggalkannya usaha yang dulu sempat happening itu.


2. Warnet


Serupa dengan wartel, hanya saja barang dagangannya yang berbeda. Warnet menjajakan layanan internet. Akronim dari warung internet itu dulunya banyak dijadikan sarana bagi anak - anak dan remaja untuk bermain game online.


Usaha warnet pertama kal digadang-gadang muncul pada tahun 1995 dan menemui era jayanya di tahun 2000-an. Saat itu, Indonesia masih dibayangi akan krisis ekonomi 1998. Sehingga barang elektonik adalah barang mewah yang hanya bisa dimiliki segelintir orang.


Nah untuk memberikan akses informasi pada masyarakat muncul warnet. Selain remaja, banyak juga kaum pekerja dan mahasiswa yang memanfaatkan warnet untuk mengerjakan tugas ataupun mengirim lamaran pekerjaan.


Bahkan, Reza Arab, seorang seniman sekaligus youtuber kenamaan dulunya sempat menjadi operator warnet lo. Ya lain dulu lain sekarang, kini usaha warnet masih bisa ditemui dengan jumlah yang sangat sedikit. Layanan internet sudah bisa diakomodir lewat ponsel pintar.


3. Layar tancap


Di daerah perkampungan, hiburan berupa layar tancap hanya bisa disaksikan pada saat ada hajatan. Itupun tidak semua orang yang mampu menyewa satu set peralatan layar tancap untuk menghibur tamu-tamu undangannya.


Saat masih ada layar tancap, ada istilah misbar alias gerimis bubar. Maklum, saat pemutaran film berlangsung, langit menjadi atap bagi para penonton. Sehingga ketika musim hujan tiba, usaha ini sangat sulit berjalan.


Namun sekarang, sudah hadir industri cinema yang dinamakan Bioskop. Kamu sudah tidak perlu lag kepanasan atau kehujanan saat menonton film. Karena ruangannya memiliki mesin pendingin dan dilengkapi dengan sistem peredam suara. Sehingga kualitasnya sangat baik.


Dari perjalanan industri diatas, kita bisa belajar bahwa perlu adanya perubahan dan inovasi agar bisa tetap selamat dan hidup di segaral zaman. Kamu yang sekarang masih menjadi pekerja, cobalah berinovasi dengan menjalankan suatu usaha.


Jangan menyerah dengan keadaan. Bangkit dan wujudkan mimpimu sekarang. Kamu bisa memperoleh modal usaha dari Akseleran dengan mudah. Mulai rancang ide bisnismu dan ajukan di Finpedia.